"Kesolehan Keluarga Menjadi Penentu Bagi Tegaknya Suatu Bangsa Yang Aman, Makmur dan Sejahtera"

Selasa, 11 September 2012

Selamat Ulang Tahun Astri



Malam ini aku ingin mengenang peristiwa 10 tahun yang lalu, saat menunggu detik-detik kelahiran anakku yang ke dua.  Bagi  ibu lain mungkin peroses melahirkan   bukanlah masalah besar, tetapi tidak bagi diriku khususnya waktu melahirkan Astri, karena aku hampir kehilangan nyawa  akibat  pendarahan berat.

Kata para ahli salah satu cara untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera perlu mengatur jarak kelahiran anak.  Namun teori itu tidak sempat kami praktekan walaupun itu sudah menjadi pengetahuan umum.  Jarak kelahiran anak kami yang pertama dan kedua hanya  1 tahun 8 bulan. Kami tidak ikut program Keluarga Berencana (KB) mengingat umur kami sudah kepala 3 sehingga  kalau ditunda maka keburu tua dan resiko melahirkan  semakin besar. Al hasil aku hamil anak kedua pada waktu anak pertama baru berusia 9 bulan.  Selama 9 bulan aku merawat janin dalam kandungan dengan penuh kasih sayang. Setiap bulan tak pernah absen ke dokter ahli kandungan bahkan aku juga memeriksakan diri pada seorang bidan senior agar janin yang ada di dalam kandungan dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Selama hamil aku tak mengalami sakit atau ngidam seperti biasanya ibu-ibu yang sedang hami, malah gila kerja tanpa ada rasa lelah. 

Ternyata derita yang tidak aku alami dimasa kehamilan terganti saat melahirkan. Tanda akan melahirkan muncul tanggal 07 September 2002, agar proses melahirkan lebih mudah aku diajak mama untuk olah raga jalan kaki menuju Karot terus ke Woang, perjalanan yang cukup jauh dan sangat melelahkan. Sore hari aku diantar ke rumah sakit oleh suami, didampingi bapa dan mama tersayang.  Menunggu waktu melahirkan sangat  membosankan,  rupanya lain anak lain pula bawaannya, walaupun sudah ada tanda sejak tanggal 07 September,  ternyata  tanggal 08 September baru  mulai ada pembukaan.  Dengan sekuat tenaga aku menahan sakit yang amat sangat, aku hampir pasrah ketika tak mampu lagi untuk bertahan. Penantian yang cukup panjang dan melelahkan, sampai tengah malam menjelang pagi belum juga melahirkan sementara tenagaku sudah terkuras habis. Di tengah keputusasaan aku membisikkan semua dosa-dosaku pada bapak tercinta, sebab saat itu terlintas dalam  pikiran  mungkin aku akan meninggal bersama bayi yang ada di dalam kandungan.  Bapakku panik dan meminta perawat  menyampaikan pada dokter untuk melakukan tidakan operasi. Tepat pukul  01 Pagi tanggal 09 September dokter datang ke ruang bersalin, belum sempat  dokter  mengambil keputusan untuk melakukan tindakan tiba-tiba bayiku lahir bersamaan dengan pendarahan  berat. Baju para perawat berlumuran darah, aku hampir shock melihat darah menggenagi tempat tidur, melihat pemandangan yang sangat mengerikan itu  aku semakin  yakin kalau akan   meninggal akibat  kehabisan darah, ditambah lagi wajah para  perawat, kedua orang tua dan suami kelihatan sangat panik.  Aku benar-benar pasrah pada Sang Pencipta, kalau Tuhan ingin memanggil diriku  aku sudah siap yang penting anakku telah lahir dengan selamat.  Puji Tuhan....  Setelah dokter dan para perawat memeriksa hb darahku ternyata normal sehingga tidak perlu transfusi darah.   Mujizat Tuhan benar-benar nyata dalam hidupku. 

Bapak  terus menemani aku di rumah sakit tanpa memperdulikan kondisi kesehatannya, aku tahu dari tatapan matanya kalau  dia sangat mengkhawatirkan diriku putri semata wayangnya.  Akibat  kelelahan setelah Astri lahir dipagi buta bapak terserang strok pada sore hari. Akhirnya kami sama-sama dirawat di rumah sakit, aku di ruangan nivas, bapak di ruang penyakit dalam. Aku telah membawa mala petaka dalam hidup bapak tersayang,  ada rasa penyesalan   yang luar biasa.  Oh.. Tuhan.... mengapa cobaan ini Engkau berikan kepada keluarga kami.  Keluar dari rumah sakit, kami tidak langsung pulang ke rumah sendiri  tetapi ke rumah orang tua.  Melihat kondisi bapak yang sudah tidak bisa berjalan aku menagis histeris, benar-benar tidak bisa menerima  kenyataan kalau bapak yang sebelumnya gagah dan  berwibawa kini berubah menjadi  lemah dan tak berdaya.. 

Tak habis-habisnya aku mengutuk diriku sendiri yang telah membuat bapakku lumpuh dan akhirnya meninggal 6 bulan kemudian. Maafkan aku Bapak... aku telah membuat engkau pergi dari tengah keluarga yang sanggat engkau cintai.  Sampai saat ini aku tidak tahu bagaimana harus menebus dosa-dosaku.

 
Buat Astri ku tersayang :
yang berulang tahun tgl 09 September 2012

Sembilan bulan lamanya aku menjagamu dalam rahim yang telah kutaburi cinta dan hembusan kasih,  agar kelak engkau terlahir sebagai anak yang penuh cinta dan kasih kepada siapapun.
Kehadiranmu membuat hidup menjadi lebih bergairah.
Tawa dan candamu telah menerangi setiap sudut dan lorong hidup kami.

Pada hari yang istimewa ini aku bersujud padaMu Tuhan…..
Mengucap syukur atas segala berkat dan rakhmat yang telah Engkau berikan kepada permata hatiku REGINA PATRIZIA STEFAN (Astri) sehingga ia mampu melewati hari2 nya dengan penuh keceriaan.
Tak lupa pula aku memohon biarkanlah dia tetap berada dalam genggaman-Mu.
Karena aku yakin dan percaya Engka telah merencanakan yang terbaik baginya.