Malam ini aku ingin mengenang
peristiwa 10 tahun yang lalu, saat menunggu detik-detik kelahiran anakku yang
ke dua. Bagi ibu lain mungkin peroses melahirkan bukanlah masalah besar, tetapi tidak bagi
diriku khususnya waktu melahirkan Astri, karena aku hampir kehilangan
nyawa akibat pendarahan berat.
Kata para ahli salah satu
cara untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera perlu mengatur jarak
kelahiran anak. Namun teori itu tidak
sempat kami praktekan walaupun itu sudah menjadi pengetahuan umum. Jarak kelahiran anak kami yang pertama dan
kedua hanya 1 tahun 8 bulan. Kami tidak ikut
program Keluarga Berencana (KB) mengingat umur kami sudah kepala 3
sehingga kalau ditunda maka keburu tua
dan resiko melahirkan semakin besar. Al
hasil aku hamil anak kedua pada waktu anak pertama baru berusia 9 bulan. Selama 9 bulan aku merawat janin dalam
kandungan dengan penuh kasih sayang. Setiap bulan tak pernah absen ke dokter
ahli kandungan bahkan aku juga memeriksakan diri pada seorang bidan senior agar
janin yang ada di dalam kandungan dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna.
Selama hamil aku tak mengalami sakit atau ngidam seperti biasanya ibu-ibu yang
sedang hami, malah gila kerja tanpa ada rasa lelah.
Ternyata derita yang tidak
aku alami dimasa kehamilan terganti saat melahirkan. Tanda akan melahirkan
muncul tanggal 07 September 2002, agar proses melahirkan lebih mudah aku diajak
mama untuk olah raga jalan kaki menuju Karot terus ke Woang, perjalanan yang
cukup jauh dan sangat melelahkan. Sore hari aku diantar ke rumah sakit oleh
suami, didampingi bapa dan mama tersayang.
Menunggu waktu melahirkan sangat membosankan, rupanya lain anak lain pula bawaannya,
walaupun sudah ada tanda sejak tanggal 07 September, ternyata
tanggal 08 September baru mulai
ada pembukaan. Dengan sekuat tenaga aku
menahan sakit yang amat sangat, aku hampir pasrah ketika tak mampu lagi untuk
bertahan. Penantian yang cukup panjang dan melelahkan, sampai tengah malam menjelang
pagi belum juga melahirkan sementara tenagaku sudah terkuras habis. Di tengah
keputusasaan aku membisikkan semua dosa-dosaku pada bapak tercinta, sebab saat
itu terlintas dalam pikiran mungkin aku akan meninggal bersama bayi yang
ada di dalam kandungan. Bapakku panik
dan meminta perawat menyampaikan pada
dokter untuk melakukan tidakan operasi. Tepat pukul 01 Pagi tanggal 09 September dokter datang ke
ruang bersalin, belum sempat dokter mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
tiba-tiba bayiku lahir bersamaan dengan pendarahan berat. Baju para perawat berlumuran darah, aku
hampir shock melihat darah menggenagi tempat tidur, melihat pemandangan yang
sangat mengerikan itu aku semakin yakin kalau akan meninggal akibat kehabisan darah, ditambah lagi wajah para perawat, kedua orang tua dan suami kelihatan sangat
panik. Aku benar-benar pasrah pada Sang
Pencipta, kalau Tuhan ingin memanggil diriku aku sudah siap yang penting anakku telah lahir
dengan selamat. Puji Tuhan.... Setelah dokter dan para perawat memeriksa hb
darahku ternyata normal sehingga tidak perlu transfusi darah. Mujizat
Tuhan benar-benar nyata dalam hidupku.
Bapak terus menemani aku di rumah sakit tanpa
memperdulikan kondisi kesehatannya, aku tahu dari tatapan matanya kalau dia sangat mengkhawatirkan diriku putri semata
wayangnya. Akibat kelelahan setelah Astri lahir dipagi buta
bapak terserang strok pada sore hari. Akhirnya kami sama-sama dirawat di rumah
sakit, aku di ruangan nivas, bapak di ruang penyakit dalam. Aku telah membawa
mala petaka dalam hidup bapak tersayang, ada
rasa penyesalan yang luar biasa. Oh.. Tuhan.... mengapa cobaan ini Engkau
berikan kepada keluarga kami. Keluar
dari rumah sakit, kami tidak langsung pulang ke rumah sendiri tetapi ke rumah orang tua. Melihat kondisi bapak yang sudah tidak bisa
berjalan aku menagis histeris, benar-benar tidak bisa menerima kenyataan kalau bapak yang sebelumnya gagah
dan berwibawa kini berubah menjadi lemah dan tak berdaya..
Tak habis-habisnya aku
mengutuk diriku sendiri yang telah membuat bapakku lumpuh dan akhirnya
meninggal 6 bulan kemudian. Maafkan aku Bapak... aku telah membuat engkau pergi
dari tengah keluarga yang sanggat engkau cintai. Sampai saat ini aku tidak tahu bagaimana harus menebus
dosa-dosaku.
Buat Astri
ku tersayang :
yang berulang tahun tgl 09 September 2012
Sembilan
bulan lamanya aku menjagamu dalam rahim yang telah kutaburi cinta dan hembusan
kasih, agar kelak engkau terlahir sebagai anak yang penuh cinta dan kasih kepada
siapapun.
Kehadiranmu
membuat hidup menjadi lebih bergairah.
Tawa dan
candamu telah menerangi setiap sudut dan lorong hidup kami.
Pada hari
yang istimewa ini aku bersujud padaMu Tuhan…..
Mengucap
syukur atas segala berkat dan rakhmat yang telah Engkau berikan kepada
permata hatiku REGINA PATRIZIA STEFAN (Astri) sehingga ia mampu melewati hari2 nya dengan penuh
keceriaan.
Tak lupa pula
aku memohon biarkanlah dia tetap berada dalam genggaman-Mu.
Karena aku
yakin dan percaya Engka telah merencanakan yang terbaik baginya.