Ide berlibur ke Riung muncul ketika oma Sr. Paul berkunjung ke
Ruteng pada awal Juni yang lalu. Beliau menceritakan rencana tour wisata
Karyawan Sta. Ursula Ende ke Riung untuk menikmati keindahan Taman Laut 17 Pulau pada akhir Juni saat libur lebaran. Saya teringat cerita ase momang
Lila Nyoman dalam blog Wela Kaweng yang sempat dibagikan ke fb dengan foto-foto yang sangat menarik.
Ketika ide tersebut saya sampaikan kepada suami dan anak-anak mereka sangat setuju, kebetulan kami belum membuat rencana untuk mengisi libur lebaran tahun ini. Walau liburannya cukup panjang sulit mengatur waktu karena banyak acara keluarga yang harus dihadiri. Akhirnya rencana berangkat tanggal 24 Juni diundur ke tanggal 26 Juni.
Tepat pukul 05.14 pagi
mobil meningalkan rumah. Kunci rumah sudah dititpkan pada salah
seorang saudara yang tempat tinggalnya hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah
kami.
Memasuki kawasan Rana Mese angin semilir dingin dan lembab masuk melalui celah kaca jendela. Balutan jaket tebal cukup membuat tubuh terlindung dan terasa lebih hangat dan nyaman.
Di ufuk timur langit gelap perlahan berganti jingga kemerah-merahan. Di balik gunung mentari masih malu-malu menunjukkan kecantikkannya. Sungguh sebuah momen langka yang sempat kami nikmati.
Di ufuk timur langit gelap perlahan berganti jingga kemerah-merahan. Di balik gunung mentari masih malu-malu menunjukkan kecantikkannya. Sungguh sebuah momen langka yang sempat kami nikmati.
Tiba di Aimere pukul 9.00 pagi. Istirahat sebentar untuk menikmati sarapan. Sebagian besar warung makan masih tutup mungkin karena pemiliknya sedang menghabiskan libur lebaran bersama keluarga. Untung masih ada sebuah warung Padang yang dibuka, sehingga perut kami bisa terisi.
Cukup membosankan ketika kendaraan keluar dari Aimere memasuki wilayah Kajuala, nampak di jok belakang Priska dan Astri mulai ngantuk. saya menghabiskan waktu dengan menikmati pemandangan kiri kanan jalan yang penuh ditumbuhi berbagai macam tanaman perkebunan dan kayu-kayuan. Cengkeh dan Kopi mendominasi hamparan lahan yang sangat subur. Teringat waktu SMA lahan tersebut belum diolah baik, sedikit tandus dengan populasi pohon terbatas. Di samping suami serius menyetir kendaraan karena jalannya menanjak dan berkelok-kelok.
Perjalanan menuju Riung bisa ditempuh melalui Soa, Bowae dan Aigela. Kami menjatuhkan pilihan melalui Boawae karena selain lebih mulus juga waktu tempuh lebih singakat dibanding Aigela. Sedangkan Soa banyak badan jalan yang belum diperbaiki.
Tiba di Mataloko pukul 11.00 siang. Taman seminari Mataloko dan Biara yang asri mengundang berjedah sejenak. Bangunan Biara yang unik dengan hamparan rumput hijau dihiasi pepohonan cemara tertata rapih sungguh sedap dipandang mata. Ternyata tempat ini sudah menjadi salah satu tempat persianggahan para pelancong. Ada begitu banyak pengunjung yang datang menikmati keindahannya dan berfoto-foto.
Panorama alam sepanjang jalan menuju Riung hampir sama seperti ketika kami melewati Aisesa, menampilkan hamparan padang yang sangat luas. Di beberapa tempat terdapat bukit-bukit kokoh yang diselimuti oleh rumput liar nampak mempercantik alam Kabupaten Nagakeo.
Perjalanan Mbai - Riung memakan waktu 1 jam. Kami tiba di Riung pukul 16.30. Tidak sulit mencari penginapan di Riung, ada beberapa hotel yang bisa menjadi pilihan. Kami sekeluarga nginap di hotel Bintang Wisata. Hotel yang direkomendasikan oleh saudara kami Om Yansen Rago sekeluarga yang telah nginap di hotel tersebut sehari sebelumnya. Cukup besih dan tarif per malam pun sangat terjangkau. Satu kamar dengan 2 tempat tidur cuma Rp. 300.000,-.
Saat sedang membereskan barang-barang di kamar Hotel tiba-tiba muncul seorang bapak. Ternyat beliau pemilik perahu motor yang akan dipakai untuk mengelilingi Taman Laut 17 Pulau. Tidak butuh waktu lama untuk bernego, sewa pakai perahu motor miliknya sangat murah yaitu hanya Rp. 360.000 per hari.
Malam menjelang tidur aku kedatangan tamu, teman SMA Syuradikara ibu Kornelia Lapeng. Beliau bekerja di salah satu instansi Pemda Kab. Ngada, kebetulan sedang menghabiskan libur lebaran di rumah orang tuannya. Senang sekali dapat bertemu kembali setelah kurang lebih 27 tahun berpisah. Kami ngobrol di teras depan kamar tidur, mengenang kambali nostalgia SMA. Suami tidak bisa nimbrung karena kecapaian dan anak-anak pun sudah tertidur lelap.
Pukul 05.00 pagi kami sudah bersiap-siap agar tidak telat menikmati sunrise di taman laut 17 pulau.
Setelah sarapan di hotel langsung menuju pantai.
Tepat pukul 6.00 pagi perahu motor meninggalkan dermaga. Rute yang akan kami lewati seperti biasa, mengunjungi pulau Kelelawar dulu baru ke pulau-pulau lain.
Untuk pertama kali aku menikmatai sunrise di laut lepas. Sungguh pemandangan yang sangat elok, menyaksikan mentari terbit di ufuk timur tanam laut 17 pulau. Keindahannya disempurnakan oleh pantulan cahaya jinga kemerah-merahan di atas air laut, juga jejeran pulau-pulau kecil dan perahu nelayan yang sedang melaut.
Perjalanan menuju pulau Kelelawar hanya ditempuh dalam waktu 15-20 menit. Dari jauh nampak ribuan Kelelawar terbang di atas pulau. Perlahan-lahan perahu motor merapat agar bisa menyaksikan lebih dekat. Ketika hari semakin siang satu persatu kelelawar kembali bergelantungan di atas pohon bakau dengan posisi terbalik.
Setelah beberapa menit menikmati keindahan dan keunikan pulau Kelelawar kami melanjutkan perjalanan ke pulau Rutong. Tujuan kami hanya ke dua pulau ini karena ingin menghabiskan sebagian besar waktu kami di Pulau Rutong.
Dalam perjalanan menuju pulau Rutong kembali disungguhi pemandangan yang sangat cantik. Dari perahu motor dapat kami saksikan keindahan taman dasar laut. Dihiasi terumbu karang beraneka warna dan bentuk. Ikan warna warni bermain di antara karang. Perairan dangkal cukup memuaskan mata kami yang tidak memiliki peralatan selam.
Tiba di Pulau Rutong pukul 7.00 pagi. Karena pengunjungnya masih sedikit kami bebas mencari tempat yang aman dan nyaman untuk menikmati pesona pantai pasir putih pulau Rutong. Ahhh...Tak habis kemurahan Tuhan, kami selalu disuguhi lukisan alam yang begitu indah.
Di tepi laut Priska dan Astri bermain pasir dan berenang. Bahagia hatiku menyaksikan kegembiraan anak-anakku. Kami membiarkan mereka bermain sampai parahu motor datang menjemput.
Dalam diam kubersykur..
Terima kasih Tuhan atas kebaikanMu yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menikmati kebesaranMu...🙏🙏🙏
💗ArSiP NakO💖
Makasih adik..
BalasHapus