“Mama, boleh kah aku tidur di pangkuanmu?” Si bungsu Regi
mengejutkan aku yang sedang asyik membaca Novel di sofa ruang keluarga.
Aku langsung meraih tangannya dan menarik kearahku , “duduklah
di samping mama”.
Dengan manja Regi langsung meletakkan kepalanya di atas
pahaku lalu kubelai rambutnya yang panjang.
“Tumben minta tidur di pangkuan mama,” aku menggoda
sambil menarik hidung mancungnya.
Regi tertawa dan
cepat-cepat menangkap tanganku. Digenggamnya jemari tangan kananku kemudian perlahan-lahan dielus. Terasa seperti ada
getaran-getaran indah menyusup sampai kalbu, damai, hangat, sejuk, bahagia menyatu
jadi satu.
“Mama, mengapa telapak tangan mama kasar?” Regi bertanya sambil
terus mengusap lembut jemari dan telapak tanganku.
Aku tersenyum
mendengar pertannyaannya dan kembali mencubit hidungnya. “Kenapa
sayang? Apakah aneh kalau telapak tangan mama kasar?”
Regi tidak menjawab, hanya menatap penasaran.
“Karena mama sering mencangkul dan menggembur tanah sehingga telapak tangan jadi kasar.” Aku ikutan memperhatikan telapak
tanganku yang nampak ada kapalan.
“Kalau begitu jangan lagi mama, saya sedih setiap kali melihat mama
mencangkul tanah di kebun belakang.” Regi berkata penuh harap.
“Kebun adalah tempat mama menghilangkan segala kejenuhan.” Kembali kubelai rambutnya dan mencium keningnya dengan lembut.
Regi tidak tahu kalau ada keasikan tersendiri saat aku bergumul dengan tanah, terik matahari dan keringat sudah menjadi sahabatku. Aku tak pernah takut kulit hangus terbakar dan telapak tangan menjadi kasar.
Regi tidak tahu kalau ada keasikan tersendiri saat aku bergumul dengan tanah, terik matahari dan keringat sudah menjadi sahabatku. Aku tak pernah takut kulit hangus terbakar dan telapak tangan menjadi kasar.
💗aRsiP nAkO 💖
Tidak ada komentar:
Posting Komentar